Obstacle is a Step-stone

Obstacle is a Step-stone

“Buku Merupakan Jendela Dunia”

Tidak bagi saya. Bukan buku yang merupakan jendela dunia. Tetapi Informasi lah yang menjadi Jendela Dunia.

Informasi tidak hanya didapatkan lewat buku, pada zaman sekarang, puluhan cara dapat kita lakukan untuk mendapatkan informasi tersebut.

Setelah kita tahu bahwa Informasi merupakan ‘Jendela’, Kita juga perlu tahu bagaimana membuka ‘Jendela’ tersebut. Saya mengklasifikasikan dua cara untuk mendapatkan sebuah Informasi. Membaca dan Menulis.

Kita tarik kedalam analogi ‘Jendela’, bagi saya, Membaca hanyalah memandang keluar lewat ‘Jendela’ tersebut. Sedangkan, Menulis, adalah cara untuk memandang keluar dengan membuka ‘Jendela’. Dengan membuka ‘Jendela’, pandangan kita lebih jelas, dan kita bisa merasakan apa yang sekiranya terjadi diluar sana. Mungkin diluar sana sedang ada keramaian festival, kerusuhan demonstrasi, maupun lain-lain. Kita lebih menyelami Informasi tersebut apabila kita menulis. Satu hal yang tidak dilakukan ketika kita membaca, tetapi dilakukan ketika kita menulis. Yaitu:

“MENULIS”

Jelas. Jelas sekali. Membaca merupakan kegiatan Berfikir dan Membaca. Sedangkan Menulis merupakan kegiatan Berfikir, Menulis dan Membaca. Disanalah letak perbedaan dan keunggulan ‘Menulis’ daripada ‘Membaca’.

So that’s why, let’s your brain live in papers!

Tetapi, Kadang yang membuat orang sangat-sangat menulis, menurut saya ada dua kendala.

Pertama, Stuck on ideas-crisis. Stuck on ideas-crisis atau ‘gue enggak tau mau nulis apa ‘(GETMNA Syndrome) merupakan alasan utama yang bisa diutarakan orang-orang ketika ingin memulai untuk menulis. Well, Sangat manusiawi sebenernya alasannya. Tetapi, hal-hal yang manusiawi Kadang berada di posisi terendah atau batas terbawah manusia. Jadi, masih mau hidup di posisi terbawah? Ibarat Sepak bola, tim kalian jadi penyumbang poin bagi tim-tim papan atas alias tim kalahan. Nah, kalo didunia menulis, kalian yang berada di posisi bawah jadi penyumbang KESEMPATAN. Saya suka banget sama idiom: ‘good chance never come twice’. Manfaatkanlah kesempatan untuk mencetak gol apabila kita sudah berada tepat didepan gawang.

Balik lagi ke masalah ideas-crisis, sebenernya, banyak hal yang bisa kalian tulis. Saran dari @radityadika (menulis bahan stand up comedy) sebaiknya berawal dari anxiety lo. Mungkin ini bisa jadi tipikal orang Indonesia juga sih, Hobi komentar. Dengan anxiety atau keresahan kita terhadap sesuatu, Diri kita pasti akan bereaksi untuk berkomentar. Nah, untuk membiasakan, jadikanlah komentar-komentar tersebut menjadi outline tulisan artikel kalian, dan kembangkanlah jadi paragraf-paragraf yang informatif maupun persuasif. Tetapi, bagi orang-orang yang sudah memiliki materi (penulis artikel, essay, thesis, paper, dll), tetap saja ada kendalanya.

Kendala kedua adalah ‘MOOD’. Mood ini memang labil (lho?). Mood ini bisa merusak segalanya (katanya). Untuk sebagian orang, malah mood bisa menghancurkan segala niat yang paling niat sekalipun. Nah, sekiranya menghadapi moody-effect, solusi paling mungkin adalah pertajam motivasi dan tujuan hidup anda (panjang urusannya ini). Pastikan tujuan anda untuk menulis. Ingin membuka jendela dunia dan merasakan hegemoninya. Tujuan anda membuka jendela untuk apa? Untuk masa depan? Untuk memuaskan hasrat keingin-tahuan? Untuk melampiaskan kebosanan dengan kehidupan yang monoton? Sejujurnya itu adalah motivasi saya dalam menulis. Jadi semua tergantung pada ‘kenapa lo menulis’.  Tetapi, Kadang moody-effect ini dijadikan kambing hitam oleh orang-orang deadliners. Deadliners ini adalah orang-orang yang hebat loh, mampu menghasilkan sesuatu dalam waktu sekejap. Memang orang yang dikejar singa akan mengeluarkan segenap kemampuan untuk lari sekencang-kencangnya. Nah orang-orang deadliners ini lah yang akan mengambing hitamkan mood pada saat-saat leluasa mereka. Bagi kalian yang suka mengambinghitamkan mood, berhentilah sebelum kebablasan.

Deskripsi saya tentang kendala-kendala yang biasanya dihadapi oleh para penulis-penulis sepertinya mampu mewakili seluruh kondisi yang ada.

Kendala memang kadang menutup peluang. Kendala juga kadang memperlambat usaha dan upaya kita untuk melakukan sesuatu. Tapi, kita harus sadari juga, bahwa kendala merupakan batu loncatan bagi kita.

Dalam berbagai aspek dan kegiatan yang akan kita lakukan, sudah sangat lumrah banyak kendala-kendala yang akan menghalangi jalan kita. Semisal, ketika kita jalan, dan tepat didepan lantai kita banyak paku-paku yang berserakan. Apa yang akan kita lakukan? Melangkahinya (Melewatinya). Sangat hampir tidak mungkin, ada orang akan duduk diam daripada melangkahi paku-paku itu karena lebih takut tertusuk daripada mencoba melewatinya.

Analogi ini memang sangat-sangat sederhana, dan bahkan akan sangat subjektif bila dihubungkan dengan hal-hal lain yang lebih riil. Tapi terlepas dari tingkat subjektifitas yang tinggi, sebenarnya memang yang biasanya kita lakukan ya semudah dan sesederhana itu.

Kita harus sangat-sangat tahu posisinya, apa yang akan kita lakukan (berjalan), apa yang menjadi tujuan kita (berpindah tempat), apa yang menjadi kendala kita (paku), dan bagaimana kita bisa menempuh tujuan kita dengan melewati kendala tersebut (melangkahi).

“Berjalan -> Berpindah Tempat -> Paku -> Melangkahinya”

Sama seperti kita sedang belajar bahasa Indonesia. Harus tahu terlebih dulu, apa itu S, P, dan O, sehingga kita bisa menyusun kata-kata menjadi kalimat.

Strategi seperti itu yang harus kita aplikasikan. Strategi mungkin akan Sangat subjektif. Saya punya strategi sendiri, anda punya strategi sendiri, dan para penulis-penulis tenar punya strateginya masing-masing.

Khusus untuk penulis-penulis skripsi (seperti saya) mungkin hal-hal atau kendala-kendala seperti diatas merupakan kendala utama yang sering sering sering banget dihadapin. ‘Aduh gue ga tau harus nulis apa, Aduh gue bingung harus mulai dari mana, apa yang harus gue lakukan’. Semuanya terasa sudah diujung kehidupan. Ya kan? Santai! Semua ada solusinya.

Saya menemukan cara ampuh yang gue pelajari ketika masih aktif ikut kompetisi debat bahasa Inggris. Melakukan ‘casebuilding’. Bedah judul skripsi anda. Definisikan satu-satu judul yang anda pilih. Maksudnya kata-kata yang ada di judul anda. Tulis aja kemungkinan yang ada tentang definisi anda. Gunanya? Anda akan kebayang tujuan anda menulis skripsi sudah tepat sasaran atau belum.

Tulis juga motivasi anda menulis skripsi. Scattered juga no problemo. Everything is okay. Pasti untuk kalian kalian yang mencintai dan mendukung hak cipta, tidak akan terbesit sedikit pun untuk co-pas alias copycat alias menjiplak. Bahaya jika kalian sudah terbiasa menjiplak atau menulis Ulang tulisan orang lain.

Problem selanjutnya? Metode? Banyak-banyak baca skripsi yang sekiranya serupa dengan skripsi kalian. Jika banyak pilihan, tenang, kalian tidak sendiri, ada dosen dan pihak-pihak yang kompeten yang mampu memberikan saran kepada kalian. Tentunya yang membantu penulisan thesis kalian.

Sedikit cerita dan saran, bayangkanlah orang tua kalian meneteskan air mata melihat kalian memakai toga suatu saat (motivasi dari Bu Ersa Tri Wahyuni. Dosen, Akademisi, dan seorang Ibu, cc: @ErsaTriWahyuni). Dan itu yang akan kita lakukan. Kita sudah mengetahui tujuan Akhir dari penulisan skripsi kita. Nah, tinggal kita cari solusi untuk melangkahi kendala-kendala atau paku-paku tersebut.

Cuz

“OBSTACLE IS A STEP-STONE”

Glück! Ayo Menulis!

@garanatura7

Leave a comment